Katanya Jualan online sih enak, di rumah saja, tinggal mainin Ponsel, orderan dateng sendiri? Sekarang lho banyak kali media sosial yang bisa digunakan, tinggal kuat-kuatan kuota saja dan beradu kreativitas lagi kan?
Ih bertanya lagi apalagi nikmat yang kita dustakan sekarang ini? Sudah medsosnya gratisan malah kadang, harapin wifi gratisan pulak dari tetangga, memang dah modal dengkul numero-uno! Maklum, apa sih yang ga enak kalau sudah Free, saya juga sukak, juaranya malah!
Ada beberapa teman menilai jualan online di Instagram itu enak, sebagian lagi bilang, anuu pakai marketplace aja biar terima beres! Jadi yang mana ya yang efektif yuk?
Iya saya mengerti sih, Instagram yang dulu awalnya tercipta buat sharing-saharing keseharian, pekerjaan dan rutinitas, eh kini banyak yang maksimalin buat jualan online. Ada yang bilang efektif kok, banyak yang bilang gak juga! Tergantung follower, terus siapa kamu, yang endorse produknya, hiks! Lalu konsistensi, itu adalah koentji.
Terus kalau Marketplace boleh juga si, banyak kok yang tersedia dan tinggal dipilih, ada Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Blibli, JDID dan lain-lain. Dengan ikut di Marketplace kita bisa saja beranggapan sudah punya toko online dengan cara cukup buat akun saja. Terus cuman unggah poto produk yang mau dijualin buat dipajang di marketplace.
Nah supaya gak bingung, kita kupas saja efektifitas jualan lewat Instagram dan marketpace ya, siapa tahu bisa jadi referensi kita nanti buat jualan! –someday atau right nauww-
Instgaram!
Sudah punya Follower berapa kamu? Ratusan ? Ribuan? -Hiks- Instagram memang kini jadi primadona ya. Tahun 2013 lalu pertama diluncurkan, eh gilak, pengguna Instagram banjir, di Indonesia tercatat ada 53 juta akun yang aktif.
Jumlah ini rangking tiga besar dunia saat itu. Coba saja, gaet 0.1% saja user instagram tadi, wah bisa jadi tanda-tanda nih. Nah jika PR-nya sudah terjawab dalam menjaring follower lekas saja kita bisa mulai mengelola akun kita menjadi spesial, dengan akun khusus profil bisnis misalnya.
- Baca juga : Duh sekarang memamerkan indahnya daerah terpencil daerah Mahulu, sangat mudah dengan Ubiqu
Dengan itu, kita bisa menambah fitur tombol kontak, dan mengetahui demografi follower kita, dan dinamika respon atas jualan kita tadi.
Penggunaannya yang mudah, bisa saja membuat jualan di Instagram tambah asik. Tinggal share photo syantik plus caption unyu’unyu bisa menjadi bahasa marketing paling manjur deh. Lalu jangan lupa buat hastag biar jualan juga makin meluas.
Lantas dengan memosting stories yang semakin lama dan semakin berderet bisa menjadi daya tarik jua. Karena ya tentu durasi penayangannya yang pendek kan 24 jam saja. Instagram stories fasilitas yang harus dimaksimalkan tuh buat mengikat follower kita yang amat berharga ituh.
Nge-hastag sudah! –panjang pulak- terus ya mungkin bisa menggunakan jasa endorse gitu kayak sayah! Hiks. Sekarang banyak sekali kan paid promote seperti WADAI yang bisa membantu marketing produk dengan bahasa kalbu mereka di caption bawah photo atau copy-writing gitu. Ya kalau ada duit lebih bisalah lagi, pakai jasa Syahrini gitu, biar sesuatu!
Atau nih, jika kamu pede dengan wajah yang kekinian yang kamu milik, ya sikat aja, mengendorse sendiri dengan gaya nan unik maisng-masing. Kemungkinan sih ada dua hasilnya, Follower naik atau –paling buruk- turun. Resiko mah rendah!
Atau ya kalau mau ya modal dikit, bikin lah give-away buat para Follower gitu, dengan sistem MLM dan SKB dengan harus memfollow akun kita buat ikut give-away bagi-bagi hadiah.
Saya yakin mah, banyak sekali akun instagram kini juga sudah menjadikan profesi sebagai pemburu give-away produk. Ayok ngaku siapa biasa seperti itu ya, selalu ikut give-away di IG? Ini segment guys, segment follower organik lagi!
Marketplace
Marketplace juga gak kalah asik buat dipilih sih, dengan seabreg fasilitasnya dan grastisan juga. Setelah mendaftar akun di Marketplace kita hanya perlu uplod video dan foto produk saja dengan caption yang semenarik mungkin.
Nah tinggal syarat ketentuan berlaku (SKB) saja yang kita deal kan, semacam ongkos kirim untuk setiap produk yang terjual kepada pembeli.
Ya gratiskan saja ongkos kirim bisa menjadi daya tarik buat pembeli sih, padahal harganya sudah dinaikin. Hiks, namanya juga marketing, siapa juga yang tahu. Pinter-pinter kita sajalah.
Selain itu, Marketplace biasanya ramai pengunjung maya, karena Marketplace dengaan modal yang berlimpah bakal bisa menancapkan brand mereka di sana-sini. Sehingga dengan brand kuat tadi, bisa menghadirkan pengunjung maya yang hadir di toko online kita tadi.
Dengan begitu artinya, ya kita dapet paket gratisan lagi kan, karena tidak mengeluarkan ongkos promosi ke pelanggan kita. Terutama soal SEO, pihak Marketplace pastilah setengah mati mengoptimalkan pelacakan produk kita sehingga mudah ditemukan pada laman pertama mesin peramban.
Jadi yang mana?
Nah kayaknya sudah cukup jelas deh yang mana yang bisa dipilihkan buat jualan online? Karena sama-sama gratisan ya sudah jalani aja di keduanya lah! Biar laris manis dagangannya kan? Memang mah, namanya usaha mah, ga ada yang enak, ada saja dinamikanya. So nikmati saja! –katanya si anu begitu-
By Satria Arbie
Photo pexels
0 Komentar