IndiHome
Kala itu, Handphone Nokia 3310 milikku tak bergeming, meski mantap menunjukkan tiga batang bar, pertanda sambungan sinyal telpon seluler masih baik-baik saja.
Kertas oretan skript berita juga siap aku bacakan, serta tak ketinggalan Tape Recorder yang bersiap memantik suara rekaman narasumber berita, menuju ruang pendengar di mana saja berada.
Eh, namun jujur, ada sesuatu yang telah terjadi kala itu.
Duh menjadi Jurnalis Radio sekira tahun 2005-an itu rasanya memang terlihat keren? Meski hanya menenteng alat telekomunikasi seluler HP serta Tape recorder yang mungil untuk menggali berita.
Membayangkannya, bisa saja kita lantas mudah membandingkan kerja-kerja Jurnalis media cetak dengan media elektronik?
Salah satunya adalah jika Jurnalis elektronik mampu menyajikan berita lebih cepat, on-the spot lewat sesi breaking-news.
Nah, singkat cerita, –kala itu– terdapat masalah yang berhasil membuat hatiku sangat kacau, mengentaskan tugas Reportase tadi.
Ternyata, Pulsa Handphoneku habis, dan tidak mencukupi melakukan panggilan keluar untuk be-reportase. Alasannya sederhana, karena aku lupa mengisi pulsa. Ups.
Jika ada yang merasakan kondisi kala itu, mungkin bisa mudah meraba sulitnya ketika berada di posisi diriku kan? Terutama bagimana mengisi pulsa yang tidak semudah dilakukan seperti saat ini, dan harganya pun masih mahal?
Nah, Pulsa memang terkesan menjadi hal yang remeh-temeh? Namun melupakannya, pastilah mampu melunturkan kesempurnaan kerja-kerja profesionalitas kita!
Terutama kerja-kerja para Jurnalis yang pasti membutuhkan konektivitas telekomunikasi layak.
Beruntung, tim redaksi sudah paham soal kendala klasik itu.
Dan lekas menelponku via sambungan PSTN, yang sejak dahulu pun sudah mampu membebaskan kendala dalam menghubungkan tugas-tugas Jurnalistik, di pelosok-pelosok Nusantara
Nah, mendapati fakta itu, pastilah kita semua sadar? Jika sejak dahulu kehadiran jasa Telekomunikasi Public Switched Telephone Network atau PSTN milik PT Telkom sudah memulai peranan pentingnya, melahirkan konektivitas telekomunikasi di antara kita?
Hal itu, wajar saja dan kita bisa buktikan, lewat menjulangnya infrastruktur telekomunikasi PT Telkom yang mudah kita temui dan menjamur massif di pelosok Nusantara, hingga kini.
Lantas atas pengalaman tadi, di benakku mencatat dua hal penting. Terkait bagaimana eksistensi PT Telkom menghadapi dinamika tantangan di masa depan, dalam upaya menghadirkan jasa Telekomunikasi terbaiknya di tengah kehidupan kita, –masih– memanfaatkan infrastruktur jaringannya itu?
Apa yang menjadi dua hal penting tadi?
- Pertama, Soal Efektivitas produk jasa PT Telkom, yakni lewat penawaran inovasi ragam/paket jasa Telekomunikasinya. Salah satunya adalah PT Telkom harus mampu menghadirkan jasa sambungan internet dan telpon terbaik, yang mendukung produktivitas informasi bagi masyarakat
- Kedua, soal Efisiensi produk jasa PT Telkom yang juga harus mampu memelihara keterjangkauan harga jasa telekomunikasinya, bukan?
Pertanyaannya, akankah dua hal itu benar-benar menjadikan sebuah kunci bagi PT Telkom untuk terus mampu berinovasi, menjamu ruang-ruang demokrasi kita, yang mudah dipantik oleh produk-produk Jurnalisitk apa saja?
Dan akhirnya, kehadiran konektivitas telekomunikasi yang diharapkan tadi, benar-benar mampu pula menciptakan aktivitas tanpa batas itu? Yuk mari menjawabnya bersama!
Mampukah kita wujudkan aktivitas tanpa batas di tengah rutinitas kita, sekarang?
Merasakah kita tentang seberapa besar kenikmatan yang kita raih hingga hari ini?
Menakarnya akan mudah, kala kita mendapati kemudahan beraktivitas tanpa batas itu? Yakni kita sudah terbiasa melakukan rutinitas apa saja, kapan saja dan dari mana saja, hanya via medium internet kan?
Dan langkah-langkah rutinitas yang kita singgung tadi ternyata bernilai sangat sederhana, lewat aktivitas-aktivitas memandang, mengusap dan mengklik permukaan layar Smartphone perlahan.
Dan lantas, ketiga aktivitas itu segera menghantarkan kita ke ruang maya, yang menghamburkan informasi seputar dinamika kehidupan yang terbungkus produk-produk Jurnalistik media berita.
Nah, semakin kemari, mencermati konten informasi dari portal media online –misalnya– kita akan mendapati akurasi berita yang detail dan terlihat berbeda kan?
Dimana konten produk jurnalistik tadi juga sudah mampu memanja mata kita, dengan suguhan audio-visualnya selain hanya teks, yang seolah ingin meyakinkan kevalidan informasi tadi.
Ditambah –lagi– dengan kemudahan kita bisa berkomentar bebas, dengan harapan menghadirkan interaksi pembaca, dan membuktikan enggagment atas konten berita on-line itu, mengharapkan pemasukan iklan bagi perusahaan media beritanya.
Artinya adalah benar, jika masa depan akan terus menggantungkan nasibnya pada lahirnya sebuah teknologi telekomunikasi/digitalisasi untuk memenuhi sebuah tuntutan aktivitas tanpa batas itu, yakni akses internet yang layak.
Dan hal terpentingnya adalah, ternyata untuk meraih aktivitas tanpa batas itu, pasti akan mengingatkan kita pada satu hal pokok yang disinggung di awal tulisan kan?
Yakni memastikan ketersedian kuota data dan signal terbaik, hadir di Smartphone kita.
Nah, akhirnya kita harus menyadari jua jika peranan kuota sejatinya akan menjadi generasi penerus dari peranan Pulsa terdahulu?
Artinya lagi, filosofi keduanya akan tetap sama, menjadikannya ruh di dalam kehidupan modern kita, guna melayani aktivitas tanpa batas itu dalam dunia maya.
Lantas, bagaimana menjawab wujud aktivitas tanpa batas itu sih?
Sederhana saja, wujudnya yakni sebuah tuntutan kepada diri kita, untuk mampu menggali kreatifitas dalam diri, yakni memanfaatkan kuota yang kita miliki tadi, untuk mengkonversi kepasifan kita menjadi sebuah keaktifan yang bernilai produktif di dunia maya?
Namun ada catatan pentingnya lagi, yakni jika Perilaku keaktifan yang produktif tadi harus benar-benar berkonteks menumbuhkan literasi bermedia sosial kepada diri kita dan orang lain, berdasarkan informasi yang disemburkan produk-produk Jurnalistik yang semakin menggurita saja dewasa ini.
Nah, akhirnya, proses kolaborasi yang terpantik oleh aktivitas-aktivitas tanpa batas itu, diharapkan akan menghadirkan keseimbangan informasi bagi kita semua.
Dan lihatlah wujudnya sudah nampak? Dengan hidangan informasi ala Citizen Jurnalism, yang mampu publik nikmati dengan lezatnya, selain –hanya– produk Jurnalistik media berita.
Siaran Over The Top (OTT), memanja wujud aktivitas tanpa batas itu?
Nah, sampai disini, kita akan meyakini jika informasi atas produk-produk Jurnalisitk, pada hakikatnya merupakan sebuah referensi yang –harusnya— mampu mendukung rutinitas harian kita, bukan?
Dan bukan sebaliknya, arus netizen di dunia maya – viral dan hoaks– menjadikan referensi media berita memproduksi produk-produk Jurnalistiknya.
Karena apa? Disrupsi digital saat ini juga sudah mengalir deras, dan sudah berhasil melahirkan sosok Youtuber, Podcaster, Vlogger, atau Blogger, yakni profesi baru, dengan memaksimalkan kehadiran teknologi telekomunikasi dengan tujuan apa saja.
Dan kini, lewat aktivitas tanpa batas mereka di dunia maya, sudah membuat mereka menjelma menjadi sosok influencer, yang mampu mengemas informasi-informasi atas produk Jurnalistik. Dan lantas mengkapitalisasikannya dengan tujuan apapun –lagi– termasuk ya meraih cuan?
Dan –malah—terkini, mereka juga sudah pandai menggali, mencari dan menyiarkan sendiri, informasi penting mereka ke Publik , dengan atas nama Citizen Jurnalism yang kini tumbuh massif di ranah digital.
Rahasianya sederhana, mereka mampu memaksimalkan fasilitas siaran Over The Top (OTT) melalui jaringan atau infrastruktur operator, namun tidak melibatkan operator penyedia akses internet secara langsung.
Produk siarannya berupa Video, audio, voice, telecommunication, news, conference, data center, cloud service, networking services, games, mobile messaging, dan lainnya.
Sedangkan perangkat yang menjadi tool siarannya, bisa berupa Facebook, Whatsapp, skype, Youtube, Netflik, Tiktok hingga Instagram.
Nah, pada akhirnya aktivitas tanpa batas mereka melalui OTT tadi, ternyata juga mengilhami media berita melemparkan produk Jurnalistik secara efektif dan efisien ke publik.
Dan sadar atau tidak, disrupsi teknologi tadi, yakni siaran OTT juga berhasil menggerus eksistensi platform media cetak, dan memaksa mereka harus beradaptasi jua dengan teknologi digital terkini, agar mampu tampil survive.
Nah, aktivitas jurnalistik tanpa batas, akhirnya akan memberikan ruang kepada siapa saja, bukan?
Iya kepada kita dan para jurnalis serta media, agar mampu menghidangkan informasi valid nan penting, dalam wujud teks-audio-visualnya yang beragam, yang kesemuanya mudah berada di genggaman kita.
Poinnya, adalah semua hal itu yang sekejap hadir di depan mata, telinga dan benak kita, akan bermula dari konsistensi kehadiran akses internet yang layak, serta –penting– ketersediaan kuota data yang harus kita miliki pula?
IndiHome PT Telkom, siap memanja aktivitas tanpa batas via OTT?
Menarik lagi istilah OTT di atas tentu tak terlepas dari kehadiran operator penyedia jaringan, bukan?
Dalam hal ini, siaran OTT bagi penggunanya tentu memanen keuntungan, salah satunya adalah pengguna tidak perlu membayar biaya komunikasi, jika membandingkannya dengan komunikasi via jaringan provider –misalnya–
Namun disisi lain, perkembangan OTT juga akan menjadi beban operator jaringan di masa mendatang, jika saja penyedia jasa operator masih menghadirkan jasa tradisional semisal jasa komunikasii PSTN/seluler atau hanya menjadi pengantar data saja.
Karena siaran OTT bersifat menumpang di atas infrastruktur jaringan operator, dan mereka hanya menelean biaya operasional yang rendah.
Nah dalam konteks itulah, PT Telkom sebagai operator penyedia jaringan harus cepat berinovasi menghadirkan jasa telekomunikasi terbaik lewat paket-paket IndiHome Mbois.
Dan, ternyata PT Telkom sudah membuktikan lewat capaian dominasi pelanggan terbanyak pada segmen jaringan internet tetap (Fixed Bradband), memanfaatkan infrastruktur yang ada. Dan itulah alasan, mengapa menyebut IndiHome sebagai Internetnya Indonesia.
Nah, lantas apakah produk IndiHome bisa menjadi sebuah jawaban atas transformasi PT Telkom itu?
Dimana paket IndiHome berhasil mengkombinasikan pelayanan jasa komunikasi, hiburan, dan internet guna mendukung aktivitas tanpa batas kita saat ini.
Terutama –terpenting—lagi peranan IndiHome akan mampu mendorong produktivitas jurnalistik yang berkualitas, yang sudah kita bahas sedari tadi di atas. Yuk buktikan!
Menguji dua kunci sukses IndiHome Regional 5, melayani Jatim, Bali dan Nusa Tenggara?
Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara merupakan coverage wilayah yang memiliki ragam sosial ekonomi dan juga politik masyarakat yang dinamis? Dan kesemuanya itu merupakan potensi sumber berita atau informasi atau malah konten, bukan?
Oleh sebab itu pembagian regional oleh PT Telkom untuk menata infrastruktur jaringannya wilayah sangat penting, dan mengkonversikan pemanfatannya itu kedalam paket IndiHome kepada publik.
Dan ternyata tanpa kita sadari, usaha itu sudah memberikan jawaban nyata mengena efektifitas serta efisiensi produk IndiHome untuk mencipta aktivitas tanpa batas itu, yang menjadi pertanyaan kita di awal tulisan.
Oleh sebab itu, IndiHome JatimbaNusra atau Indihome Regional 5 sudah siap melayani aktivitas Jurnalistik tanpa batas lewat varian paket IndiHome yang layak.
Terutama meyakinkan kita atas ketersediaan kuota data yang sangat berharga itu kan? Mari kita bayangkan dahulu bagaimana memanfaatkannya kemudian!
Paket IndiHome 3P (Internet+Telpon+TV)
Paket ini mengkombinasikan paket data internet, telpohe PSTN, serta Usee TV. dengan range kecepatan berinternet dimulai dari 20 Mbps hingga 30 Mbps.
Speks ini menawarkan harga yang sangat terjangkau di kantong? Coba saja dengan paket 20 Mbps, harga langganannya Rp 300 ribuan/bulan. Sedangkan paket 30Mbps biaya berlangganannya Rp 335.000 perbulan.
Nah paket ini, tentu sangat memanjakan aktivitas tanpa batas kita, selama di rumah saja, atau di kantor saja kan?
Dengan paket 30 Mbps saja –misalnya– kita sudah mampu Ber-online ria dengan paket IndiHome Study, menonton Usee TV, hingga berkomunikasi via PSTN. Hal itu tentu menjadikan modal berharga KITA memulai aktivitas Jurnalistik tanpa batas di rumah saja.
Paket IndiHome 2P (Internet+Telpon)
Nah jika paket sebelumnya, masih dirasa mahal dan belum sesuai kebutuhan?
Maka paket 2P juga akan mampu menjawabnya. Paket layanan cepat dan stabil berkecepatan 20Mbps dengan biaya langganannya hanya Rp225.000 per bulan.
Dan juga paket berkecepatan 30 Mbps dengan biaya langganannya hanya Rp 315.000 perbulannya.
Nah, keterjangkauan biaya berlangganan ini, tentu akan menyesuaikan benefit yang juga kita terima, yakni kita hanya menikmati paket IndiHome Study dan paket Telpon PSTN selama 50 menit.
Lantas, paket yang disediakan IndiHome tadi tentunya menjadi sebuah jawaban atas kepastian hadirnya kuota data, yang sudah menjadi ruh dalam kehidupan modern kita, terutama untuk menunjang aktivitas tanpa batas kita, bukan?
Nah, yuk siap berbagi berita apa saja di sekitar kita via IndiHome sekarang!
0 Komentar