Ajakan mengambil dana tabungan para nasabah Bank BRI merebak belakangan ini. Ajakan itu bergema lewat potongan-potongan video yang massif di Medsos. Ah, rasanya misi cegah kejahatan Soceng makin berat saja nih.
Medio April 2024 lalu, misalnya, jagad TikTok Geger oleh akun @rakyatdotnews soal raibnya uang nasabah di Makassar sebesar Rp 400 juta.
Eh faktanya, uang itu ternyata diambil sendiri oleh nasabahnya, setelah dirinya buntung menginvestasikan dananya kepada investasi bodong.
Lalu, ada juga video pendek dari akun IG @kritik_p3d45, pada Jumat (3/5), juga menarasikan aktivitas menabung di Bank juga tidaklah aman.
Setelah ditelusuri, kehilangan dana nasabah dalam video itu, merupakan kejadian lama pada 12 Juni 2023.
Dan ternyata –lagi– nasabahnya sendiri merupakan korban kejahatan penipuan online, atau Social Engineering yang dikenal Soceng.
Dari dua fakta kasus itu tadi. Hal penting yang harus kita garis-bawahi adalah, jika hadirnya kasus kehilangan dana di tabungan nasabah Bank, ternyata berasal dari kelalaian nasabahnya sendiri, dalam menjaga data privasinya, bukan?
Oleh sebab itu, para nasabah Bank BRI –khususnya—harus berani #BilangAjaGak kepada siapapun yang meminta data privasi Perbankannya, lewat modus-modus Social Engineering, atau Soceng, yang semakin canggih saja.
Dan ternyata aku pun juga pernah merasakan modus Soceng itu.
Yuk ikuti pengalamanku, bagaimana caraku cegah kejahatan Soceng, biar bisa berani #BilangAjaGak kepada modus-modus Soceng tadi. Mari!
Berinvestasi di Bank memberikan makna, jika kita mampu menghindari ancaman Soceng
Meski suku bunga tabungan Perbankan hampir 0% ,mengapa ya masyarakat kita dominan masih banyak yang hanya mengendapkan dananya pada instrumen tabungan di Bank saja?
Memang sih itu sebuah pilihan.
Padahal banyak sekali instrumen investasi yang bisa kita ambil, dengan resiko yang rendah, guna meneguk keuntungan lebih baik di Perbankan.
Salah satunya adalah instrumen Investasi Deposito.
Karena sadar ataupun tidak, menurutku mengendapkan dana, dalam jumlah besar di tabungan, malah gampang membuat celah kejahatan Soceng itu makin lebar?
Selain, ya hanya mendapatkan imbal bagi hasil tabungan yang juga kecil.
Coba bayangkan saja, dengan jumlah dana besar kita tadi bisa berpotensi menjadi bidikan kejahatan Soceng dari seseorang.
Nah jika dana di tabungan kita seketika raib, karena bocornya data privasi atas kelalaian kita sendiri. Hal itu akan menjadikan penyesalan yang tak terlupakan, bukan?
Bandingkan, jika separuh atau lebih dana yang kita endapkan di Bank itu, kita sisihkan ke investasi berjangka, seperti Deposito, yang bisa menjadikan resiko kecil.
Karena investasi seperti Deposito tadi, bak “pengunci” dana kita di Bank, di dalam rentang waktu tenor berdeposito.
Jika-pun apes –lagi– karena kita lalai menjaga data penting tadi, ya maksimalnya, hanya sebagian kecil dana tabungan kita saja yang lenyap. Sedangkan dana investasi yang sudah terkunci dalam masa tenor Deposito tadi, masih bisa saja selamat.
Nah, Kejahatan modus Social Engineering atau Soceng itu, menurut Carnegie Mellon University, adalah kejahatan yang menggunakan upaya manipulasi, mempengaruhi, dan menipu korbannya untuk mendapat kendali atas sistem komputer.
Jadi, si pelaku kejahatan pasti sengaja mau membidik informasi keuangan dan pribadi dengan memanipulasi Psikologis calon korbannya.
Modus paling umum terjadi adalah, membuat korbannya panik dulu, oleh berbagai ancaman.
Ancaman tadi misalnya menginformasikan adanya biaya tambahan ATM-lah dan/atau rekening kita katanya sedang diblokir-lah atau juga kita tidak bisa melakukan transaksi apapun.
Dan ujungnya, si pelaku, meminta data penting diri, seperti PIN ATM, untuk menjamin semua kendala tadi akan beres. Dan tak jarang dari kita terjebak oleh modus itu!
Nah, Berani gak #BilangAjaGak sekarang?
Bagaimana Kredit, menjadi sebuah gaya hidup positifku, menangkal serangan Soceng itu!
Aku teringat sebuah Pameo lama, yang pernah berujar, menjadi orang kaya mah bebassss, bisa apa saja?
Hikss, namun, dalam konteks di atas, parameter jumlah nilai dari tabungan, untuk menjadi orang kaya pun pasti bisa relatif, bukan?
Ada yang menganggap memiliki tabungan Rp 100 juta, saja sudah kaya! Padahal masih ada langit di atas langit lho!
Dan banyak fakta jua yang mengungkap, jika orang kaya juga gemar berhutang? Dengan catatan berhutangnya hanya untuk hal yang produktif saja, bukan? Meski, masih banyak juga, yang tidak berhutang sih. Namun aku yakin mereka pasti aktif juga investasi apa saja.
Ini bisa saja menjadikan sebuah filosofi awam, untuk kita juga harus bisa memetik untung dari nilai dana tabungan kita, ketimbang menjadi buntung atas Soceng ataupun investasi bodong.
Oleh karena itu, diriku beruntung sekali, memiliki dana tabungan di Bank, dengan porsi terukur telah diinvestasikan via Deposito saja, dengan varian masa tenor yang beragam.
Tujuannya, tentu dengan ragam masa tenornya tadi, aku bisa memiliki pilihan waktu untuk mengambilnya ketika tanggal pencairan..
Dan ternyata, dengan konsistensi berinvestasi itu, aku malah dipercaya Bank untuk menggenggam kartu kredit dengan plafon yang lumayan.
Disinilah nikmat menjadi orang kaya itu bisa kita rasakan jua? Kita bisa beli apa saja, padahal itu adalah hutang, hikss..
Eit tapi jangan dulu lekas dicoba dirumah ya, sebelum kamu paham bagaimana untung rugi menggenggam kartu kredit, dengan membaca tautan artikel tadi sampai tuntas.
Nah, jujur, berhutang via kartu kredit sudah menjadi gaya hidupku, dengan catatan jika nilai belanjanya terukur. Dan aku yakinkan jua untuk mampu membayarkannya tiap bulan, agar terhindar dari bunga Kartu Kredit yang berpotensi melangit.
Seperti kartu debet, kartu kredit juga fleksibel dibelanjakan ini dan itu. Rasanya, mengelola kartu kredit, bak program pascabayar saja. Pakai dulu barangnya, selesai pakai baru bayar bulan depan.
Ternyata, Soceng mengintai nasabah pemegang kartu kredit juga
Dalam praktek penggunaan kartu kredit itu ternyata juga memiliki kenikmatan yang sama kala berbelanja harian, meskipun statusnya hutang sih. Tapi pasti gak sama dengan Pinjaman Online atau Pinjol ya..Hikss.. Nah apa saja kenikmatan itu?
1. Belanja Kredit langsung via Merchant Bank
Kartu kredit ya berbentuk kartu juga, yang digesek/dimasukan ke dalam semacam mesin CDM (Cash Deposit Machine), bak kartu debit juga.
Setelah merchant memberi nominal harga kepada kita, sesuai transaksinya, kita bisa lekas pencet PIN rahasia Kartu kredit di mesin itu juga.
Nah, tunggu sesaat, jika selesai., tagihan siap dibayar pada Billing Cycle selanjutnya. Belanjaan langsung bisa dibawa pulang. Aman!
2. Belanja Kredit Online via OTP
Belanja online menjadi godaan terhebat yang harus ditahan-tahan. Karena dengan memasukkan 4 keterangan yang di kartu kredit, berupa nama, nomor kartu, masa berlaku kartu dan nomor CVV yang ada di belakang kartu, OTP akan siap dikirimkan ke nomor selular kita.
Jika sudah terima nomor itu, masukan lagi nomor OTP tadi, ke form yang diminta di layar Gadget.
Jika sukses itu berarti selesailah proses pembayaran. Dan belanjaan online-pun tinggal tunggu saja di rumah.
3. Belanja Kredit via Aplikasi Perbankan
Nah, semakin kemari, pemegang kartu kredit bisa lebih genit lagi berbelanja via aplikasi Perbankannya saja.
Dimana alokasi dana pembayarannya bisa mencentangkan pilihan dana pembayaran dari kartu kredit saja, alias kita bisa ngutang dulu.
Cara bayarnya sama seperti pemakaian aplikasi perbankan, selama ada fasilitas pembayaran QRIS ya?
Nah, setelah melakukan scan QRIS, dan mencentang alokasi dana pembayaran via kartu kredit yang sudah tersistem, dan menyatu di aplikasi mobile, masukin aja PIN aplikasi perbankan dan selesai.
Jadi bayarnya hutang dulu ya! Jika dirasa berat tapi sanggup mencicil, kita juga bisa langsung cicilkan saja nominal itu sesuai kesanggupan, –ingat ya kesanggupan—
Varian bunga bermacam-macam, ada yang malah 0% rentang 12 bulan, tapi dengan SKB berlaku.
Nah, membaca sampai paragraf ini, kamu mungkin bisa menganggapku sales kartu kredit Bank, kan? Tenang itu bukan aku kok.. Hikss.. Ini hanya pengalaman saja.
Bagaimana Soceng membidik pemegang Kartu Kredit?
Klimaks kenikmatan berhutang via kartu kredit, pasti juga akan berhadapan dengan ancaman Soceng yang kita singgung di awal tulisan!
Jadi, jika pemegang kartu debit/nasabah bisa bancos dana tabungannya raib. Pemegang Kartu Kredit juga bisa merugi, akibat hutang pelaku Soceng lewat pengguna informasi penting Kartu Kredit kita yang bocor.
Dimana dia bisa berbelanja apa saja, dan akan masuk dalam tagihan bulanan kita.
Nah, akupun pernah mendapati dua kejadian modus Soceng di tahun 2022 lalu!
1. Tidak ada transaksi online via kartu kredit, tapi aku mendapatkan OTP Transaksi
Tetiba SMS berbunyi menghantarkan nomor kode OTP, tanda transaksi pembayaran via kartu kredit sedang berlangsung.
SMS itu hadir setelah seorang menelponku, yang mengaku adalah orang Bank penerbit kartu kreditku.
Dia mengatakan aku mendapatkan hadiah dari Bank. Namun dia meminta konfirmasi data pribadiku saat itu. Mengkonfirmasi nama lengkap, alamat lengkap, nomor telepon dan juga nama ibu kandung.
Semua data yang dia sampaikan kan kepadaku itu benar, aku hanya mengatakan iya atau tidak saja, lewat pertanyaan yes/no Question tad. Lantas, bagaimana dia tahu ya?
Dan puncaknya, dia meminta kode OTP yang datang padaku itu, untuk memastikan aku adalah pemenang hadiah yang dimaksud. Dan aku dipersilahkan mendatangi kantor cabang Bank-ku yang terdekat.
Sampai di situ, aku baru tersadar jangan-jangan modus? Dan aku berani langsung #bilangajagak atas permintaan itu. Dan dia menutup teleponnya.
Lantas, setelah aku review, mengapa dia tahu data pribadi, bisa jadi jawabnya dari alamat pengiriman tagihan phisik kartu kredit bulanan yang dikirim ke rumah via pos.
Dan sisa jadi, informasi lainnya, bisa jadi didapat dari akumulasi dari pencarian informasi atas diriku yang sudah lama dia bidik.
Bisa saja mereka dapatkan dari jejak transaksi maya, kala aku masuk ke internet banking, untuk berbelanja.
Memang sih modus ini pasti memerlukan memerlukan SDM pelaku yang canggih.
Ya mungkin saja Gadgetku sudah terinfeksi Malware saat itu, dan mampu menyimpan data pribadi atas belanja online kala itu. Oleh sebab, tidak ada salahnya untuk Waspadai 4 jenis ekstensi file berbahaya ini!
Huft.. hampir saja kan? Beruntung saja aku berani #BilangAjaGak untuk memberikan angka OTP itu ya?
Dan sejak saat itu tagihan kartu kredit aku pindah saja lewat e-billing, untuk menghindari perekaman data yang ada di alamat pengiriman surat ke alamat rumahku.
2. Transaksi kartu kredit tidak menggunakan OTP sama sekali pada Merchant khusus
Nah, kasus yang kedua ini juga sangat sensitif menjadi celah kejahatan lainnya.
Dimana yang aku tahu, berbelanja online kita pastilah mendapat OTP yang datang ke nomor seluler yang terdaftar di Bank, bukan?
Namun semakin kemari, belanja online atau pembayaran online menggunakan kartu kredit sekarang tidak mesti Merchant mengirimkan OTP itu, sebagai tanda persetujuan transaksi.
Setelah kutelusuri, pihak Bank sendiri/penerbit KK, ada yang sudah membebaskan pemilik merchant untuk mau atau tidak mengirimkan angka OTP itu pada sistem konfirmasi pembayarannya pelanggan ke nomor selular yang terdaftar oleh pemegang KK.
Jadi kita hanya mengisi form, nama lengkap, nomor kartu kredit, masa berlaku, dan angka CVV yang tertera di belakang kartu kredit.Dan seketika proses transaksi akan berhasil.Tagihan akan antri di list pembayaran nanti.
Aku lantas membayangkan, bagaimanaya jika orang lain mengantongi keempat informasi tadi, yang telanjang mata, bisa dia intip lantas catat kala menyerahkan kartu kredit, pada pembayaran langsung di Merchant.
Wah ini bisa bahaya untuk terus may menggenggam kartu kredit ya?
Dan gegara data itu, memungkinkan dia bisa belanja merchant yang tanpa OTP tadi, akan banyak membuat utang kartu kredit semakin menumpuk.
Caraku #bilangAjaGak melawan penipuan Soceng
Nah, bagi pemula yang baru saja bangga memiliki kartu kredit, tentu kedua kasus itu tentu sangat rentan terjadi juga kan?
Dan bisa menjadi kasus penumpukan hutang akibat kelalaian menjaga data privasi kartu kredit kita.
Oleh sebab itu, aku memiliki dua langkah pula untuk mencegah penipuan Soceng, dengan memanfaatkan data-data perbankan kita tadi.
1. Menggunakan Gadget Jadul yang tidak terkoneksi internet
Nah, mendapati pengalaman yang mudah memantik penipuan Soceng pada aktivitas transaksi kartu kredit, tetu saja diriku harus memiliki cara pencegahan mandiri yang harus aku lakukan secara mandiri.
Salah satunya, aku memisahkan nomor seluler yang terdaftar di Bank, dengan menggunakan ponsel jadul yang tidak terkoneksi internet. Sehingga transaksi online yang terjadi di Gadget, langsung mengirimkan OTP yang datang di ponsel lamaku.
Hal ini sebagai jalan pencegahan kalau-kalau Gadgetku hilang dan dimanfaatkan orang lain, yang sudah mengetahui data privasi perbankan.
Dan lagi, cara ini untuk mencegah terjadinya perekaman data, yakni Phising pada Gadgetku yang otomatis bisa menangkap kode OTP untuk mensukseskan transaksi online yang ilegal.
Setelah mampu merekam semua data privasi mobile banking atau internet banking, meski keamanan transaksi di perbankan semakin hari semakin ketat saja.
2. Memanfaatkan fitur belanja via Aplikasi perbankan/ Mobile saja
Nah, untuk kasus ini, aku tidak lagi menggunakan kartu kredit secara phisik kala bertransaksi di Merchant secara langsung.
Diriku memanfaatkan saja fitur pada aplikasi Mobile Banking yang menyatukan akun kartu kredit untuk mencatatkan semua transaksi kredit.
Jadi, ya menyimpan phisik kartu kredit di rumah saja, tidak membawanya ke dalam dompetku.
Ya cara pencegahan siapa tahu dompet hilang, dan orang mudah mencatat semua informasi di kartu kreditku dan bertransaksi di merchant yang tidak memberikan OTP persetujuan itu.
BRImo, memanjakan kita berinvestasi positif, dan #memberikanmaknaIndonesia
Nah, kita pastilah mengerti, jika teori berjalannya roda ekonomi, tentu harus didukung oleh keseimbangan dua aktivitas besar debet dan kredit.
Artinya, ada dana yang masuk dari kegiatan menabung masyarakat, dan ada juga dimbangi dengna aktivitas berhutang atau kredit masyarakat untuk hal apa saja, bukan?
Dan, hal itulah menjadi filosofi kerja-kerja pada sistem penggunaan kartu kredit bagi nasabah Bank.
Dimana privasi atas keleluasaaan berkredit ria, akan tetap didasarkan oleh kepercayaan perbankan, karena adanya investasi/tabungan yang kita miliki di Bank tadi. Dan itu bisa jadi syarat untuk menggenggam kartu kredit di sebuah Bank.
Nah, aktivitas timbal balik debet dan kredit, inilah yang akan memantik roda ekonomi berputar dan menjaga kesehatan cashflow Perbankan fit terus.
Bank Rakyat Indonesia, atau Bank BRI sudah bertransformasi total dalam melayani aktivitas debet dan kredit masyarakat dengan aman setiap hari yang difasilitasi dengan infrastruktur modern.
Dahulu, aku ingat sekali, jika ingin menabung atau menarik uang, kita harus antri panjang mengeksekusinya.
Kini, di unit cabang BRI yang menyebar di pelosok wilayah, sudah menyediakan mesin ATM setor dan tarik tunai.
Terlebih juga banyak sekali agen BriLink yang bisa kita gunakan setiap saat, selain ATM.
Sehingga pengalaman ini bisa memantik untuk lebih giat menabung.
Tidak itu saja, ragam layanan juga beralih ke layanan online yang cepat. Lewat aplikasi mobile Banking yang bisa membuat transaksi apa saja lebih mudah dan aman. Kemudahan itu ada pada aplikasi BRImo. Sudah Instal, belum?
Menggunakan BRImo, sebuah ikhtiar nasabah menjauhkan kita dari modus Soceng!
Bagi nasabah BRI, tentu akrab dengan aplikasi BriMo, sebuah aplikasi yang memanjakan jasa perbankan dengan mudahnya.
Dan dengan BRImo kita dengan mudah juga mengcopy-paste cara menghindari soceng lewat pengelolaan kredit tadi, dengan memulai investasi Deposito.
Dengan aktif berinvestasi, tentu akan mudah bagi Bank BRI memberikan kepercayaan dalam bentuk kredit apa saja, bukan haya kemudahan memberikan fasilitas kartu kredit itu.
Layanan itu bisa jadi berupa kredit KPR Perumahan Terbaik, yang menjadikan idaman semua keluarga memiliki rumah.
Nah, kenikmatgan berinvestasi dengan jalan menabung dan berhutang yang positif dan produktif itu tentu saja memerlukan dukungan kita untuk bisa #bilangGakAja pada modus-modus Soceng yang membuat kita bisa buntung kala menggunaan BRImo. Apa saja itu?
1. Menjaga Gajet kita dari serangan Malware Virus yang merugikan
Nah, hal ini menjadi perhatian kita adalah modus penipuan yang menggunakan aplikasi merugikan lewat Whatsapp.
Jadi aplikasi itu ada di dalam undangan pernikahan yang berformat APK, yang ketika kita klik menjadi media untuk menjadi bagian dari investasi bodong.
Jadi aplikasi jahat yang tidak sengaja kita sematkan di Gajet akan leluasa memberikan persetujuan mengakses SMS dan apapun di dalam Gajet kita.
Parahnya lagi, modus ini bisa merekam data penting sekelas OTP yang biasa dikirim via SMS.
2. Selektif memperhatikan iklan di Media sosial
Saat ini mudah ya buat akun media sosial? Celah ini pun bermanfaat oleh seseorang untuk membuat akun palsu yang seolah-oleh diurus oleh Bank tertentu.
Nah jadi akun Bank palsu ini, akan mengirimkan link-link yang menyesatkan untuk mengetahui identitas perbankan kita.
Cara membedakan akun palsu ini gampang! Nama akun-nya tidak lazim, kualitas gambar buruk, dan link bio yang mencurigakan.
Biasanya jika kita terlanjur mengklik link mereka, kita akan diajak mendaftar dan mengisi data untuk melampirkan nomor kartu, PIN serta OTP dan lainya.
Berikut Tips berani #BilangGakAja cegah kejahatan Soceng!
Nah, guna menjadikan aktivitas kredit kita bernilai pada hal yang positif saja, dan dapat mendukung kebutuhan harian menggunakan aplikasi mobile Banking itu.
Berikut hal yang harus kita perhatikan, dan menjadikan edukasi nasabah Bank BRI untuk cegah kejahatan Soceng tadi.
- Acuhkan saja jika ada pesan dari nomor yang tidak kita kenal yang mencantumkan ragam file berformat APK
- Kenali file yang bermada pengumuman pemberitahuan berupa ancaman dan perbuatan membuat kita panik
- Jangan mudah kepo’ mengklik link atau tautan asing
- Jika tetap kepo’ dan terlanjur mengklik tautan yang ternyata sematan aplikasi, lekas matikan sambungan internet beberapa saat.
- Bersihkan data dan Cache Gajet
- Uninstall aplikasi asing tadi
- Lekas ganti username PIN dan Password aplikasi mobile banking
- Dianjurkan rese aja lagi Gajet kamu ke mode pabrikan
- Nah, terakhir jika kamu nasabah Bank BRI, kamu bisa hubungi layanan BRI di nomor 1500017, untuk lapor indikasi penipuan yang sedang terjadi.
Nah, itu tadi Caraku cegah Kejahatan Soceng, lewat Pengelolaan Kartu Kredit Bijak, semoga bisa menjadi inspirasi terlebih bisa #memberimaknaindonesia untuk bersama sigap #BilangAjaGak kepada kejahatan Soceng yang makin masif saja.
0 Komentar